Journalight

UI Journalism Studies

Lifestyle Music Opinion

Kondangan Meriah: Menyambut Jamming Budaya Pertama 2024

Udara malam yang berembun membuat kerumunan mahasiswa berkostum formal terasa pengap. Namun, mereka tidak tampak begitu peduli. Payung, pusat perkumpulan mahasiswa FIB UI, telah disulap menjadi panggung. Di atasnya, musisi menerima sorakan riuh saat bergantian menaiki panggung. Kampus terasa begitu hidup dan berwarna, dipenuhi gelak tawa dan dentuman bass. Inilah yang terjadi setiap diadakan Jamming Budaya.

Suasana Payung ketika Jamming Budaya (Sumber video: Rafi Abid Wibisono)

Jamming Budaya, kerap disebut Jambud, merupakan acara musik yang diselenggarakan Irama Bahana Sastra (Mantra) UI. Mantra UI sendiri merupakan badan otonom mahasiswa FIB UI yang berfokus di bidang musik. Sebagai penyelenggara, Mantra UI memberikan wadah bagi para musisi untuk menunjukkan kemampuan bermusiknya, baik musisi internal maupun eksternal FIB. Tak hanya memberikan panggung bagi musisi, Jambud juga hadir sebagai ajang mahasiswa untuk melepas penat di tengah wara-wiri perkuliahan.

Pada edisi ketujuh ini, Jambud membawakan tema “Kondangan”. Tema tersebut disambut baik dengan rasa antusiasme dari para pengunjungnya. Mayoritas pengunjung yang hadir pada Jambud kali ini datang dengan mengenakan batik, kebaya, jas, atau pakaian kondangan lainnya. Acara yang diadakan setiap sebulan sekali tersebut telah kembali diadakan untuk pertama kalinya di tahun 2024, lebih tepatnya pada tanggal 31 Mei 2024 kemarin.

Jambud edisi ini diisi oleh penampilan band yang kebanyakan merupakan band internal FIB, seperti homeband Mantra, Mothersoul, Fuzzy Lads, Lokadipocere, dan DJ Ali. Penampil eksternal diisi oleh band Harum Manis yang pada acara ini menampilkan debut album barunya.

Pertunjukan di Jamming Budaya (Sumber foto: Rafi Abid Wibisono)

Antusiasme tersebut dirasakan oleh sejumlah pengunjung yang mendatangi Jambud kali ini. Salah satunya adalah Millie, mahasiswa UI angkatan 2022. “Kali ini, aku ingin nonton debut performance-nya Harum Manis. Terbayar tunai, ternyata mereka nyanyise-album!” ujarnya sambil tertawa.

Keempat kalinya datang ke Jambud, Millie selalu bersemangat untuk melihat dekorasi dan lingkungan yang “menggemakan youth” baginya. Millie merasa bahwa di Jambud, mahasiswa dapat berkegiatan layaknya mahasiswa biasa, bebas melepas penat. Selain itu, acara ini menjadi mediumnya bertemu teman-temannya dari media sosial X.

Millie di Jamming Budaya (Sumber foto: Millie)

Salah seorang pengunjung yang juga merupakan mahasiswa FIB, Mamul, telah menghadiri Jambud sejak acara tersebut pertama kali diadakan. Hal yang paling ia tunggu dari Jambud adalah momen bonding dengan teman-teman sefakultas, kakak tingkat, dan alumni yang jarang ditemui di hari biasa perkuliahan. Jumat sore setiap akhir bulan menjadi waktu yang dinantikan Mamul untuk bisa seru-seruan bersama teman di akhir pekan.

Mamul menilai Jambud berbeda dari acara musik kampus lainnya. Menurutnya, Jambud spesial dan selalu membuat hidupnya lebih berwarna. “Spesial karena rutin diadakan dengan konsep-konsep menarik dan unik, salah satu contohnya, ya, dresscode (kondangan) ini yang bikin suasana jadi semakin seru.” Lokasi yang sempit dan kostum yang pengap tidak menghalangi niat Mamul untuk datang ke Jambud, selama tiket masuknya gratis dan dapat menjadi ajang seru-seruan.

Fadhil juga memberikan opininya terkait penyelenggaraan Jambud kali ini. Fadhil telah mengikuti Jambud lebih dari 6 kali, banyaknya mahasiswa UI yang memilih Jambud sebagai tempat berkumpul adalah alasan utamanya dalam mengikuti Jambud. “Karena banyak yang dikenal jadi tambah asik lagi, terus juga karena banyak orang dari fakultas lain kita jadi bisa kenalan sama orang-orang baru,” kata Fadhil.

Namun, menurut Fadhil, Jambud pertama 2024 ini memiliki kekurangan spesifik dibanding Jambud sebelumnya. Yaitu, pertunjukan musik yang hanya diadakan sampai pukul 10 malam. Hal ini tidak seperti penyelenggaraan Jambud yang umumnya dilaksanakan hingga pukul 11-12 malam.

Opini para pengunjung bahwa Jambud sebagai tempat melepas penat, unik, serta tempat bermain dan berkumpul bersama teman tampaknya didukung oleh ramainya pengunjung yang datang. Fakta bahwa pengunjung yang berasal dari berbagai fakultas dan diselenggarakan pada akhir minggu Ujian Akhir Semester (UAS), menunjukkan bahwa Jambud tidak hanya ditujukan untuk kalangan mahasiswa tertentu, melainkan untuk seluruh kalangan mahasiswa yang ingin mengisi waktu kosong mereka dengan diiringi seni musik.

Di tengah-tengah para hadirin kondangan, tentunya banyak cerita baru yang muncul dalam Jambud edisi ke-7 ini. Acara yang selalu diramaikan dengan audiens dari berbagai kalangan ini selalu menyuguhkan keramaian yang berbeda dari acara musik lain, khususnya di FIB UI. Suasana seperti itu pun dirasakan kemarin ketika salah satu band penampil. Fuzzy Lads, membawakan persembahan untuk Alm. Adrian, mahasiswa FIB UI yang belum lama ini meninggal dunia. 

Penampilan dari Fuzzy Lads dilengkapi dengan puisi ciptaan Rae, mahasiswa Sastra Indonesia, yang dibuat khusus untuk mengenang Adrian. Persembahan itu pun membuat Jambud edisi kali ini terasa lebih dekat bagi para mahasiswa FIB UI dengan penampilan persembahan yang dibumbui dengan perasaan hangat dan haru. Sebagai acara yang selalu ditunggu-tunggu oleh banyak dari mahasiswa internal FIB UI, bahkan mahasiswa eksternal sekalipun, tentunya penyelenggara acara selalu mempersiapkan gebrakan pada setiap Jambud. 

Penonton menikmati penampilan band. (Sumber foto: Yoga Al Kemal)

Dari hiasan ala acara pernikahan yang biasa kita jumpai di lingkungan rumah, hingga lagu-lagu dangdut yang melantun, dan orang-orang yang mengikuti dresscode. Atasan kebaya yang dipadukan dengan kain batik, kemeja dengan jas formal khas undangan pernikahan, bahkan beberapa penonton yang datang berpakaian sebagai pengantin. Dalam setiap pelaksanaannya, Jambud selalu dijadikan sebagai ajang mengekspresikan diri melalui dandanan sesuai dresscode dan gaya masing-masing. Selain pakaian, antusiasme dan euforia yang tinggi selalu ditunjukkan oleh para audiens Jambud yang memenuhi Payung, tempat para pengunjung duduk, yang turut bernyanyi dan menari di depan panggung. 


Penulis:Ilma Rayhana, Rafi Abid Wibisono, Vanya Annisa Shizuka, Yoga Al Kemal

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *