

Serba-serbi SIAK War UI
Setiap semester, mahasiswa Universitas Indonesia menghadapi momen yang bisa dibilang sebagai salah satu yang paling menegangkan dalam kehidupan akademis mereka, yakni SIAK War. Tidak terkecuali mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) dan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (FASILKOM UI). Proses pendaftaran mata kuliah ini adalah ajang adu strategi, di mana ketegangan dan persaingan begitu terasa. Mahasiswa harus berpacu dengan waktu untuk memastikan mereka mendapatkan mata kuliah dan jadwal yang diinginkan. Tidak heran, banyak dari mereka yang merasa stres dan cemas ketika momen ini datang.
Apa Hubungannya SIAK War Dengan Mahasiswa?
Stres akademik ini tidak main-main. Ia dapat berdampak buruk pada kinerja akademis mahasiswa. Menurut penelitian Misra & McKean (2000), stres akademik adalah respons emosional, fisik, dan mental terhadap tekanan akademis yang sering kali berhubungan dengan tuntutan lingkungan pendidikan. Akan tetapi, sebenarnya apa yang terjadi di balik SIAK War yang dialami mahasiswa di FISIP UI dan FASILKOM UI? Apakah ada teori yang dapat menjelaskan fenomena ini?
Selain menjadi ajang persaingan, SIAK War juga memunculkan fenomena sosial unik di kalangan mahasiswa. Strategi dan keputusan mereka sering kali dipengaruhi oleh reviewkakak tingkat atau kepentingan dari peer groupmereka. Mahasiswa saling berbagi taktik dan bahkan terkadang terjebak dalam dinamika “ikut-ikutan” yang bisa jadi tidak selalu menguntungkan mereka, sebagaimana yang dijelaskan pada Social Learning Theorydan Groupthink Theory.
Teori Social Learning
Teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura ini menjelaskan bagaimana individu belajar dari lingkungan sosial melalui observasi dan imitasi. Dalam SIAK War, mahasiswa belajar dalam observasi pengalaman mereka dan strategi berdasarkan reviewdari teman-teman atau kakak tingkat mereka. Hal ini karena teori social learning menjelaskan bahwa perilaku individu sering kali dipengaruhi oleh perilaku orang lain (Bandura, 1977). Penggunaan teori social learning dalam penelitian ini relevan karena teori ini menjelaskan bagaimana individu belajar dari lingkungan sosial mereka melalui observasi, imitasi, dan model. Teori social learning yang dikembangkan oleh Albert Bandura ini menyatakan bahwa banyak dari pembelajaran sosial terjadi berdasarkan observasi kasual atau terarah terhadap perilaku yang dilakukan oleh orang lain dalam situasi sehari-hari.
Teori Groupthink
Teori ini menjelaskan bagaimana keinginan untuk mencapai kesepakatan kelompok bisa mengalahkan pertimbangan individu. Di sisi lain, teori groupthinkmerupakan cara berpikir kolektif oleh anggota kelompok ketika keinginan mereka untuk mencapai kesepakatan mengalahkan motivasi individu untuk mempertimbangkan semua pilihan yang tersedia (West & Turner, 2019). Dalam SIAK War, mahasiswa sering merasa tertekan untuk mengikuti pilihan mayoritas atau teman dekat, meskipun kadang hal itu mungkin bukan pilihan terbaik bagi mereka. Teori ini bertujuan memahami cara kelompok kecil membuat keputusan dan telah banyak digunakan dalam berbagai situasi pengambilan keputusan kelompok. Dalam konteks SIAK War, mahasiswa mengalami tekanan untuk mengikuti pilihan mayoritas atau teman dekat mereka dalam memilih kelas, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan kebutuhan atau minat akademis mereka.
Menghubungkan teori social learningdan groupthinkdengan praktik nyata dalam SIAK War, penulis menyadari bahwa pemahaman mendalam tentang perilaku mahasiswa dalam konteks ini sangat penting. Kedua teori ini memberikan kerangka kerja yang berguna untuk menganalisis bagaimana keputusan diambil dan bagaimana interaksi sosial memengaruhi pilihan individu.
Dari fenomena SIAK WAR ini, kelompok kami menerapkan beberapa metodologi penelitian dan juga fokus penelitian untuk bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa diantaranya adalah:
a. Research Experience
Research experiencedidefinisikan sebagai pengalaman partisipan penelitian dalam ruang digital yang dipelajari, dengan menggunakan metode etnografi digital untuk mengumpulkan data dan menghasilkan wawasan (Pink, 2016). Dengan kata lain, research experienceadalah fokus penelitian yang bermanfaat bagi etnografer digital yang ingin memahami dunia digital secara mendalam. Dengan terlibat langsung dalam budaya dan praktik online, peneliti dapat memperoleh wawasan yang tidak dapat diperoleh dengan metode lain. Dijabarkan juga bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam research experience, yang diantaranya (Pink, 2016):
- Partisipatif: Peneliti tidak hanya mengamati tetapi juga terlibat dalam aktivitas dan interaksi daring. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan perspektif yang lebih kaya dan mendalam tentang dinamika sosial yang terjadi di dunia digital.
- Reflektif: Peneliti secara aktif merenungkan pengalaman mereka dan dampaknya terhadap penelitian. Proses refleksi ini membantu peneliti untuk memahami bias pribadi dan bagaimana hal itu mungkin mempengaruhi interpretasi data.
- Iteratif: Peneliti terus belajar dan menyesuaikan pendekatan mereka sepanjang penelitian. Pendekatan yang fleksibel dan berulang ini memungkinkan peneliti untuk mengatasi tantangan yang muncul dan mengeksplorasi temuan baru secara lebih efektif.
- Holistik: Peneliti mempertimbangkan berbagai aspek budaya dan praktik online, termasuk teknologi, konten, dan interaksi. Pendekatan holistik ini memastikan bahwa semua elemen yang relevan dari kehidupan digital dipertimbangkan dalam analisis.
b. Research Practice
Research practicedalam konteks digital membahas mengenai pemahaman kebiasaan dan rutinitas sehari-hari yang terjadi (Pink, 2016). Konsep ini menekankan pentingnya research practice dalam mempelajari praktik media digital dan bagaimana praktik tersebut tertanam dalam kehidupan sosial dan budaya. Research practicedalam etnografi digital melibatkan penggunaan metode etnografi untuk menyelidiki praktik-praktik sebagaimana yang sudah terjadi, dengan fokus pada tindakan dan aktivitas individu dan komunitas dalam hubungannya dengan media digital.
Dalam melakukan pengumpulan data kami menggunakan beberapa metode, diantaranya:
- Wawancara: Digunakan untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai permasalahan penelitian. Pertanyaan wawancara diajukan kepada mahasiswa FISIP dan FASILKOM UI angkatan 2022, baik secara langsung maupun daring.
- Video Re-enactment: Meminta infroman penelitian untuk merekonstruksi ulang situasi atau kegiatan yang terjadi selama SIAK War untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang interaksi dan keputusan mereka.
- Analisis Dokumen: Melakukan analisis terhadap dokumen terkait SIAK War, seperti dokumentasi pemilihan kelas untuk mendapatkan wawasan tentang proses tersebut.
Informan dipilih untuk mewakili kedua fakultas yang menjadi fokus, yaitu FISIP dan FASILKOM UI. Empat informan dari kedua fakultas yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian adalah:
- Informan 1, FISIP angkatan 2022
- Informan 2, FISIP angkatan 2022
- Informan 3, FASILKOM angkatan 2022
- Informan 4, FASILKOM angkatan 2022
Dalam pengumpulan data, kami menemukan adanya pengalaman-pengalaman menarik dari para informan, berikut diantaranya
1.Teori Social Learning
Vicarious Reinforcement
Konsep vicarious reinforcementdalam teori social learningmenyatakan bahwa seseorang dapat belajar dan mengubah perilaku melalui pengamatan terhadap konsekuensi yang diterima oleh orang lain (Bandura, 1977). Dalam konteks ini, para informan menggunakan pengalaman orang lain dalam memilih dosen dan kelas.
- Informan 1: Informan 1 memilih dosen A berdasarkan pengalaman positif di semester sebelumnya, meski teman-temannya lebih menyukai dosen B.
- Informan 2: Informan 2 mendiskusikan pengalaman dosen dengan peer group dan kakak tingkat untuk memutuskan dosen yang diinginkan.
- Informan 3: Informan 3 memperoleh informasi tentang dosen dari teman dan kakak tingkat sebelum memilih mata kuliah.
- Informan 4: Informan 4 bersama peer group membuat daftar dosen dan kelas berdasarkan pengalaman sebelumnya serta rekomendasi kakak tingkat untuk memilih kelas.
“Pengalaman teman gue tentang dosen sangat berpengaruh dalam keputusan gue.”
Informan 2
Self-Regulation
Dalam konsep self-regulationdijelaskan bahwa individu dapat menetapkan standar pribadi, mengevaluasi perilaku mereka sendiri, dan merespons dengan penghargaan diri atau hukuman diri. Konsep ini menunjukkan adanya kemampuan dalam menetapkan standar pribadi dan mengevaluasi tindakan mereka pada proses SIAK War. Berikut merupakan jawaban dari informan yang terkait dengan self-regulation:
- Informan 3: Informan 3 tidak memilih dosen yang memberikan pengalaman buruk di semester sebelumnya.
- Informan 2: Informan 2 menggunakan bot untuk memastikan mendapatkan kelas yang diinginkan tanpa perlu khawatir harus dropmata kuliah.
“Pengalaman gue dengan dosen jelek bikin gue lebih hati-hati milih dosen sekarang.”
Informan 3
2. Teori Groupthink
Teori groupthinkdapat menjelaskan dalam beberapa konsep atau fenomena yang terkait dengan adanya pengaruh teman dalam melakukan SIAK War. Beberapa konsep diantaranya adalah:
Direct Pressure on Dissenters
Konsep ini menjelaskan bahwa adanya perasaan tertekan, misalnya ketika ingin menentukan kelas dan menyamakan jadwal. Anggota kelompok yang tidak sependapat dengan keputusan atau suara yang dipegang oleh mayoritas akan didesak untuk mengubah pendapat mereka dan mendukung konsensus kelompok. Berikut merupakan jawaban dari informan yang terkait dengan konsep ini:
- Informan 1: Informan 1 merasakan tekanan dari teman-temannya untuk memilih dosen yang berbeda dengan preferensinya.
“Teman gue complaintentang dosen pilihan gue, bikin gue merasa terpaksa untuk mengikuti pilihan mereka.”
Informan 1
Self-Censorship
Self-censorship adalah ilusi kebulatan suara, di mana anggota kelompok yang diam dianggap menyetujui apa yang diputuskan, meskipun sebenarnya mereka mungkin memiliki pandangan yang berbeda. Konsep ini menjelaskan bahwa informan memutuskan untuk menahan diri untuk tidak menyuarakan pendapat yang berbeda demi persetujuan kelompok. Berikut merupakan kutipan dari informan yang terkait dengan konsep ini.
- Informan 4: Informan 4 menyiapkan daftar kelas bersama peer group untuk memastikan mereka berada di kelas yang sama.
- Informan 2: Informan 2 menyatakan pentingnya berada di kelas yang sama dengan peer group untuk memudahkan tugas kelompok.
“Kalo ga sekelompok ribet karena banyak tugas kelompok.”
Informan 2
3. Fenomena Joki SIAK WAR
Seorang joki adalah individu yang dengan sengaja melakukan tugas orang lain atau berpura-pura menjadi orang lain, dan menerima imbalan untuk melaksanakan tugas tersebut dengan tujuan memenuhi kepentingan pribadi (Herlambang & Fauzi, 2024). Penggunaan joki dalam SIAK War merupakan salah satu strategi mahasiswa untuk mengatasi stres dan memastikan mereka mendapatkan kelas yang diinginkan. Joki biasanya menggunakan bantuan bot untuk melakukan pendaftaran dengan cepat dan efisien. Berikut merupakan kutipan dari informan yang terkait dengan konsep ini.
- Informan 3: Informan 3 menggunakan jasa joki karena masalah sinyal, dan merasa tenang karena bot memastikan kelas terpilih dengan cepat.
- Informan 2: Informan 2 merasa lebih tenang menggunakan bot, karena persaingan ketat di FASILKOM UI sudah melibatkan bot.
“Sebelum pake bot, gue ga tenang. Setelah pake bot, semua kelas yang gue mau dapet.”
Informan 2
Dari hasil pengumpulan data yang dilampirkan di atas, kami melakukan analisis pada tiap konsep, berikut adalah hasil diskusi dari penelitian kami:
- Teori Social Learning
Vicarious Reinforcement
Informan dari FISIP dan FASILKOM UI 2022 menunjukkan bahwa mereka belajar memilih dosen dan kelas melalui pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Ini sesuai dengan konsep vicarious reinforcement, di mana mahasiswa tidak perlu mengalami sendiri, tetapi dapat belajar dari pengalaman teman-teman mereka. Misalnya, narasumber 1 memilih dosen A berdasarkan pengalaman positif sebelumnya, meski teman-temannya lebih suka dosen B. Sementara itu, narasumber 2 mendiskusikan pengalaman dosen dengan teman-teman dan kakak tingkatnya sebelum memutuskan.
Self Regulation
Pengalaman SIAK War juga menunjukkan pentingnya kemampuan regulasi diri. Mahasiswa yang dapat menetapkan standar pribadi, mengevaluasi tindakan, dan merespons konsekuensi dengan baik cenderung memiliki pengalaman yang lebih positif. Narasumber 3 menolak memilih dosen yang pernah memberinya pengalaman buruk, dan narasumber 2 menggunakan bot untuk memastikan mendapatkan kelas yang diinginkan tanpa perlu khawatir.
2. Teori Groupthink
Direct Pressure on Dissenters
Informan penelitian sering mengalami tekanan dari peer groupuntuk memilih kelas yang sama. Narasumber 1 merasakan tekanan dari teman-temannya untuk memilih dosen yang berbeda dari preferensinya. Meski narasumber 1 tidak keberatan mengambil kelas berbeda, teman-temannya menunjukkan ketidaksetujuan dan memberikan tekanan secara tidak langsung.
Self-Censorship
Narasumber 4 menunjukkan bahwa keputusan tentang kelas sering kali diambil secara kolektif. Mereka membuat daftar dosen dan kelas bersama teman-teman untuk memastikan bahwa semuanya berada di kelas yang sama. Narasumber 2 juga merasakan tekanan untuk tetap dalam satu kelompok karena tugas-tugas kelompok yang banyak. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa mungkin menahan diri untuk tidak menyuarakan preferensi pribadi demi menjaga kesatuan kelompok.
3. Fenomena Joki SIAK WAR
Penggunaan joki adalah strategi yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi stres dan ketidakpastian selama SIAK War. Joki membantu mahasiswa yang mengalami kendala teknis seperti masalah sinyal atau ketidakmampuan mengakses sistem tepat waktu. Narasumber 3 menggunakan jasa joki karena masalah sinyal, dan merasa tenang karena bot memastikan kelas terpilih dengan cepat. Narasumber 2 juga merasa lebih tenang menggunakan bot karena persaingan ketat di FASILKOM yang sudah melibatkan bot.
Dari seluruh hasil penelitian dan diskusi, kita bisa menyimpulkan bahwa Interaksi antara social learning dan groupthink menciptakan strategi pendaftaran mata kuliah yang seragam namun tidak selalu optimal bagi kepentingan akademis individual. Penggunaan joki menambah dimensi lain dalam dinamika ini, menggambarkan upaya mahasiswa dalam menghadapi tantangan teknis dan tekanan sosial selama SIAK War. Penelitian ini memperlihatkan kompleksitas sosial yang mempengaruhi proses pendaftaran mata kuliah di universitas.
Referensi
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Herlambang, M. R., & Fauzi, A. M. (2024). Fenomena Joki Pantarlih pada Persiapan Pemilu 2024 di Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya. Paradigma: Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 13 (1), 41-50.
Misra, R., & McKean, M. (2000). College students’ academic stress and its relation to their anxiety, time management, and leisure satisfaction. American Journal of Health Studies, 16(1), 41-51.
NASA. (2014). Watch Out for Groupthink. Diambil dari https://sma.nasa.gov
Pink, et al., (2016). Digital Ethnography: Principles and practice. SAGE.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
West, R. L., & Turner, L. H. (2019). Introducing communication theory: Analysis and application (6th ed.). McGraw-Hill Education.