“Makanya sebagai freelancer itu tuh in my opinion kayaknya gak bisa cuman depend on one income aja. Harus 2, at least 2 ya. 3 is fine gitu.“
Pernah menyangka, gak, sih, kalau seorang freelancer di Jakarta ternyata harus mengambil lebih dari satu gig untuk bisa bertahan? Di kota metropolitan yang penuh dengan peluang dan tantangan, ternyata makin banyak generasi muda memilih untuk bekerja sebagai freelance demi fleksibilitas dan kebebasan. Namun, apakah bekerja tanpa ikatan kontrak selalu menjanjikan penghidupan layak?
Seiring dengan meningkatnya biaya hidup di Jakarta, fenomena gig economysemakin meluas di berbagai wilayah. Berdasarkan Gandini (2019) dalam Hasan dkk. (2024), gig economy mengacu pada pergeseran kondisi ekonomi dari pekerja yang biasanya berstatus permanen menuju pekerja dengan kontrak jangka pendek, non-permanen, atau independen. Fenomena ini tercermin dari semakin bertambahnya jumlah pekerja freelancer. Sistem kerja freelance yang menawarkan fleksibilitas dan kebebasan waktu ini semakin diminati oleh generasi milenial dan Gen Z (Hasan dkk., 2024). Namun, di balik daya tarik tersebut, tak dapat disangkal bahwa sistem kerja freelance diikuti berbagai ketidakpastian dan persaingan ketat, karena sifat pekerjaan yang berbasis pada proyek dan tidak bersifat permanen (Hikmawati, 2023).
Lantas, bagaimana sebenarnya kehidupan para freelancer muda di Jakarta? Untuk menjawabnya, kami berbincang dengan tiga freelancer muda yang menjalani keseharian mereka di Jakarta dan sekitarnya. Yuk, simak kisah mereka!
Aura, Adjie, dan Paundra sama-sama melihat pekerjaan freelancesebagai kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan perasaan bebas dan bahagia. “Aku punya prinsip mengutamakan kebahagiaan terlebih dahulu jadi pengen bekerja di mana aja kapan aja gitu, ya. Jadi, karena aku jadifreelancer content creator, aku bisa kerja lagi di luar negeri bisa sambil liburan gitu sih jadi gak ada aturan yang mengikat aja sih bagi aku,” ujar Paundra.
Namun, bagi Aura, freelance menjadi pilihan tepat baginya karena baginya, pekerjaan yang ia tekuni sesuai dengan apa yang ia gemari. Baginya, mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan ketertarikannya cenderung membuatnya lose interest. Sebaliknya, kini ia merasa bahagia membagikan apa yang ia sukai kepada orang lain melalui pekerjaannya sebagai instruktur yoga. Sebagai freelancer graphic designer, jawaban Adjie menjadi campuran dari isi hati Paundra dan Aura, fleksibilitas waktu dan tempat bekerja serta kesempatan untuk bisa bekerja sesuai dengan passion menjadi alasan mengapa Adjie memilih untuk terjun ke dunia freelance.
Lalu, dengan segala kebebasan tersebut, bagaimana rutinitas mereka dalam bekerja?

Rutinitas yang cukup menarik, ya. Kalau dibandingkan dengan rutinitas pekerja kantoran tentunya rutinitas mereka sangat jauh berbeda. Namun, apakah dengan rutinitas seperti itu mereka tetap mendapatkan penghasilan yang mampu menyokong kehidupan mereka sehari-hari?
Well, jawaban ketiganya cukup variatif. Untuk Adjie sendiri, ia bercerita bahwa pendapatannya tergantung dengan banyaknya proyek yang ia ambil serta tingkat kesulitan dari proyek-proyek tersebut. Sebagai seorang freelancer graphic designer, Adjie memperoleh pendapatan sekitar 2 hingga 4 juta rupiah per bulannya. Namun, baginya itu sudah cukup untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari, terlebih ketika Ia masih tinggal bersama dengan orangtuanya. Oleh karena itu, pendapatan yang Ia peroleh dari pekerjaan freelance-nya digunakan untuk kebutuhan seperti makan, transportasi, dan pengeluaran hiburan personal.
Di lain sisi, Aura mengungkapkan bahwa pendapatannya cukup stabil. Ia memilih untuk tidak mengungkapkan angka secara spesifik, tapi dalam satu bulan, ia menyebutkan bahwa ia mampu mendapatkan sekitar puluhan juta rupiah dari ketiga pekerjaannya. Undangan untuk datang ke acara branddan communitymenjadi pendapatan tambahan bagi pemasukan bulanannya. Dengan jumlah pemasukannya itu, Ia tetap berusaha untuk menabung dan menjaga pengeluarannya untuk berada di bawah setengah pendapatannya.
Namun, bagi Paundra yang sudah membiayai berbagai kebutuhan dirinya, mulai dari pendidikan hingga kebutuhan sehari-hari seperti tempat tinggal, pendapatannya sebagai freelancer content creator sangat fluktuatif. Dengan membatasi diri untuk mengambil 7 hingga 8 projek saja per bulan, ia berupaya untuk mempertahankan pendapatan puluhan juta rupiah setiap bulannya. Tak hanya untuk kebutuhan pokok, pendapatannya tersebut juga ia gunakan untuk mendukung hobi sekaligus tema konten yang ia bawakan, yaitu untuk menonton konser dan liburan.
Lalu, apa, sih, keuntungan dan tantangan yang Aura, Paundra, dan Adjie rasakan selama menjadi freelancer?

Kini, ketiganya tetap berpegang teguh terhadap keputusan mereka untuk menjadi seorang freelancer dan bahkan menetapkan goal untuk lebih berkembang kedepannya. Dengan pengalaman dan lika-liku yang mereka hadapi selama menjadi freelancer, Aura, Paundra, dan Adjie memiliki beberapa rekomendasi dan saran, nih, buat para anak muda yang tertarik untuk terjun di dunia freelance!
- Cari tahupassionkamu!
Lakukan ini untuk benar-benar memilih bidang freelance yang memang sesuai dengan minat dan bakatmu.
- Pelajari kebiasaan waktu dan kegiatanmu.
Coba tanyakan kepada dirimu sendiri, apakah kamu tipe orang yang suka dan mampu menghadapi jadwal yang sangat sibuk? Dan, apakah kamu sesuai dengan jam kerja “9 to 5”seperti di kantoran? Jika kamu merasa tidak cocok dengan kedua itu, maka pilihan bekerja sebagai freelance mungkin patut kamu coba.
- Pertimbangkan pilihanmu dengan baik-baik.
Perhitungkan kemungkinan-kemungkinan risiko serta perbandingannya dengan opsi pekerjaan lainnya. Memilih untuk menjadi seorang freelancer bukan merupakan proses yang mudah. Pertimbangkan juga latar belakang, tujuan yang ingin kamu kejar, juga perasaan serta prinsip hidupmu.
- Jangan bergantung pada satu sumber pemasukan saja!
Pendapatan yang tidak pasti membuat seorang freelancer perlu mencari alternatif lain. Kamu bisa menambah jenis freelance lain yang masih sesuai dengan keahlianmu ataupun membuka diri terhadap peluang pekerjaan tambahan agar tetap memiliki penghasilan yang stabil.
- Terakhir, perbanyak koneksi.
Sebagai seorang freelancer, sangat mungkin untuk proyek-proyek dan pekerjaan yang kamu dapatkan berasal dari teman atau kenalan di sekitarmu. Oleh karena itu, perbanyaklah koneksimu dengan orang-orang baru.
Gimana? Apakah kamu makin tertarik untuk menjadi freelancer, atau justru sebaliknya?
Ditulis oleh Bernadette Moureen Natalia Indra, Elaine Keisha, Nefertiti Gayla Garibaldi, Wilhelmina Inara Nediva, dan Marcelina Andika Putri.
Referensi:
Hasan, D., Nuraeni, Nursyirwan, V. I., Tantri, M., & Kinasih, D. H. P. (2023). Gig Economy: What is the Impact on Top Talent Recruitment and Labour Skill Market for Freelance Workers in the Millennial Generation in DKI Jakarta. Scientific Journal of Reflection: Economic, Accounting, Management, and Business, 7(1), 1-11.
Hikmawati, U. N. (2023). Di Ambang Kegairahan dan Kerentanan (Fleksibilitas Freelance Industri Kreatif Desain di Yogyakarta). Jurnal Studi Pemuda, 12(1), 50-62.