Journalight

UI Journalism Studies

Feature Lifestyle

Lifestyle Wellness Gen Z: Tren atau Konsisten?

Jakarta (04/06/2025) – Belakangan ini olahraga seperti padel, pilates, yoga, gym, tenis, marathon, dan lainnya ramai diikuti Gen Z dan milenial akhir. Banyak tren olahraga viral bermunculan lewat media sosial. Peneliti FISIP Unair bahkan menyebut fenomena ini “FOMO positivity” – ketakutan ketinggalan tren namun justru memotivasi Gen Z ikut berolahraga demi kesehatan. Misalnya, anak muda saat ini menjadi takut melewatkan gaya hidup sehat dan akhirnya rutin lari atau ikut kelas kebugaran.

Beberapa media telah memberitakan topik ini, dan sejumlah riset juga dilakukan untuk menelusuri gaya hidup sehat dan kebugaran di kalangan Gen Z.

WellnessJadi Prioritas Utama Belanja Gen Z

Yuk, berkenalan dahulu dengan istilah “Wellness”! Menurut Debbie L. Stoewen dari Dimension of Wellness: Change Your Habits, Change Your Life, Wellness adalah proses aktif untuk mencapai kesehatan di berbagai aspek hidup (fisik, mental, spiritual, sosial, dan lingkungan) yang pada akhirnya mendorong upaya berkelanjutan untuk hidup seimbang dan berkualitas.

Menurut McKinsey, Gen Z dan milenial menghabiskan lebih banyak untuk produk dan layanan wellness dibanding generasi lain. Fokus pembelanjaan mereka adalah penampilan dan kesehatan; misalnya Gen Z tertarik pada produk kecantikan dan gizi yang mendukung kesehatan tubuh. Bahkan Bank of America mencatat rumah tangga Gen Z mengeluarkan rata-rata 2,8 kali lipat anggaran fitnessdibanding baby boomer, menggambarkan betapa ambisiusnya generasi muda menghabiskan uang demi gaya hidup sehat.

Gaya hidup wellness Gen Z juga dibantu teknologi. Sebanyak 79% Gen Z menggunakan aplikasi atau perangkat digital untuk memantau kesehatan dan kebugaran mereka. Kebiasaan ini menunjukkan generasi muda memanfaatkan gadget untuk mencapai tujuan sehat. Pola belanja mereka pun berubah: mulai dari membeli suplemen via e-commerce hingga aplikasi food tracking untuk diet tertentu.

Data terbaru menunjukkan sekitar 72% Gen Zmengikuti pola makan khusus dalam setahun terakhir, lebih tinggi dibanding generasi lebih tua. Pola yang populer ini mencakup diet bersih (clean eating) atau plant-based demi kesehatan dan penampilan. Hal ini juga sejalan dengan minat Gen Z pada produk kesehatan, meski banyak fokus pada penampilan, kesadaran makan sehat juga meningkat.

Faktor Pendorong: FOMO atau Kesadaran Kesehatan?

Apa yang sebenarnya mendorong gaya hidup wellness Gen Z? Sebagian terdorong oleh FOMO: rasa takut ketinggalan tren membuat mereka ikut olahraga agar tidak merasa tertinggal, dan malah menjadi rutinitas positif. Di sisi lain, kesadaran kesehatan juga tinggi. McKinsey mencatat Gen Z memprioritaskan kesehatan fisik dan penampilan secara keseluruhan, bukan sekadar ikut-ikutan saja. Kedua faktor ini sering kali bersinergi: FOMO membuat olahraga terasa seru, sedangkan manfaat kesehatan membuatnya berkelanjutan.

Faradilla, 20 tahun, salah satu Gen Z yang aktif, mengaku termotivasi menjaga stamina dan semangat. “Aku olahraga karena ingin tubuh lebih sehat dan fit,” kata Faradilla. “Biasanya aku yoga dua kali seminggu dan main tenis satu kali seminggu,” tambahnya. Dia juga menjelaskan mengapa ikut olahraga tertentu: keikutsertaannya di olahraga (misal padel) dipicu ajakan teman. “Tren padel lagi hits, jadi aku coba sekali. Tapi yoga dan tenis tetap rutin aku lakukan karena itu gaya hidup sehatku,” ujarnya.

Faradilla (kanan) bermain tenis bersama ibunya di sebuah lapangan di Jakarta. Tenis menjadi salah satu rutinitas akhir pekan mereka untuk tetap aktif dan menjaga kesehatan.

Annisa, 20 tahun, mengaku mengikuti kelas pilates karena viral di TikTok. “Jujur, aku ikut pilates karena lewat di TikTok aku tentang konten pilates,” katanya. Ia menambahkan, “Sekarang ini ikut sebulan dua kali cukup. Pastinya dengan tujuan biar badan aku gerak sih, tapi untuk sekarang aku belum konsisten dan belum joinmemberskarena masih penasaran sama olahraga lain kayak muaythai, yoga, sam gym.” Buat Annisa, wellness sometimes is a mood.

Lari bersama teman juga meningkatkan semangat dan mood Annisa untuk berolahraga.

Konsistensi atau Tren Berganti?

Gen Z tampak sering mencoba olahraga baru, tapi sebagian juga konsisten. Menurut Faradilla, meski padel sempat coba-coba, dia tetap kembali ke yoga dan tenis. Banyak anak muda Gen Z tidak punya rencana jangka panjang secara pasti; mereka berolahraga sesuai mood, komunitas, atau tren terkini. Namun karena kesadaran kesehatan, olahraga itu sering berlanjut. Faradilla menekankan pentingnya konsistensi.

“Senang sih coba sport baru, tapi yang penting aku tetap gerak tiap minggu.”

Faradilla mengaku memilih olahraga lari karena fleksibel dilakukan sendiri saat merasa stres juga fleksibel terhadap waktu yang tersedia di sisa kesibukannya.

Sementara itu, Annisa merasa olahraga belum menjadi hal yang bisa konsisten.

“Belum nemu satu yang bikin aku betah. Setelah coba beberapa sesi olahraga dan sudah nggak penasaran, biasanya aku mau coba yang lainnya. Kemarin sempat ikut tenis, lalu ganti pilates, sekarang marathon. Mungkin next mau coba gym atau muaythai.”

Padahal beberapa analis berpendapat preferensi Gen Z ini bisa jadi bertahan. McKinsey bahkan memperkirakan, kebiasaan-kebiasaan ini bisa menjadi standar baru yang menular ke generasi berikutnya. Mulai dari penggunaan aplikasi kesehatan, bergabung komunitas pilates, sampai pilihan makanan yang bernutrisi, semuanya dijalankan bukan karena hanya ikut-ikutan, namun karena manfaatnya dalam jangka panjang.

Wellness sebagai Gaya Hidup yang Lebih Dari Tren Sesaat

Melihat data dan tren saat ini, gaya hidup wellnessGen Z lebih dari sekadar tren sesaat. Mereka semakin serius soal olahraga, makan sehat, sampai penggunaan teknologi untuk menjaga tubuh, menunjukkan budaya baru mulai terbentuk. McKinsey menilai preferensi wellness Gen Z bisa menjadi mainstream saat mereka beranjak dewasa. Dari kebiasaan pakai aplikasi kesehatan hingga memilih produk kecantikan yang sehat, semua itu perlahan-lahan menjadi bagian dari budaya hidup sehat versi Gen Z.

Penggunaan AI: sebagai data compiling dan interpretasi, penyusunan outline, dan menyunting kaidah bahasa KBBI dan tanda baca.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *