Journalight

UI Journalism Studies

Research

Glorifikasi Produktivitas dalam Konten Short-Video dan Beragam Efeknya pada Mahasiswa

Profil peneliti : Azri Tryas Muqita (azrimuqita@gmail.com), Mutiara Gracia Diramoti Purba (mutiarapurba03@gmail.com), Muhamad Ichsan Febrian (ichsanfebrian298@gmail.com), Olivia Rosilia Putri (oliviarosilia@gmail.com), Putri Rizki Herdiana (putririzkiherdiana@gmail.com)

Ternyata, mayoritas mahasiswa merasakan ambivalensi ketika mengonsumsi tren ‘produktivitas’ di media sosial. Di satu sisi, mereka mengalami kecemasan, perasaan tertinggal, dan tekanan untuk terus membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Namun di sisi lain, mereka juga merasa terdorong dan termotivasi untuk tidak tertinggal, sehingga tetap mengikuti arus produktivitas tersebut, meski kerap disertai beban emosional.

Apakah kamu pernah membuka TikTok ketika malam hari sebelum tidur? Lalu tak terasa waktumu telah terbuang. Kamu menonton satu demi satu video yang memperlihatkan orang-orang berkegiatan sejak pagi, berangkat kuliah, lalu lanjut bekerja hingga malam. Kamu juga tanpa sengaja menonton seorang kreator yang berbagi segudang pencapaiannya di usiamu. Semua terlihat produktif, semua tampak sempurna. Di ujung sesi scrolling-mu yang hampir berjam-jam, alih-alih merasa termotivasi, kamu justru menutup aplikasi dengan perasaan bersalah dan bertanya kepada dirimu sendiri

“Kenapa aku nggak bisa seproduktif itu, ya?”

Kondisi seperti ini kerap dialami oleh sebagian dari kita, para mahasiswa, yang sedang berada dalam fase pencarian jati diri dan transisi menuju dunia profesional. Perasaan tertinggal, kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain, hingga munculnya keraguan terhadap kemampuan diri sendiri menjadi bagian dari pergulatan yang tidak jarang dialami. Renungan atas pengalaman tersebut menjadi titik tolak kami dalam menyusun penelitian ini.

Berdasarkan refleksi tersebut, penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dampak short-video bertema produktivitas terhadap kehidupan akademik mahasiswa.

Lebih lanjut, kami merumuskan pertanyaan utama penelitian: Bagaimana mahasiswa menerima konten produktivitas yang mereka konsumsi dalam platform short-video.

Fenomena Short-Video Bertema Produktivitas di Media Sosial

Beberapa tahun terakhir, tren short-video bertema produktivitas membanjiri platform media sosial TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts. Video-video berdurasi singkat ini sering menampilkan cuplikan kehidupan yang tampak sempurna, dimana meja kerja rapi, jadwal harian terjadwal dengan baik, dan narasi berbumbu “self-improvement”. Bagi sebagian mahasiswa, konten seperti ini bisa mendorong semangat untuk menjadi lebih produktif. Namun, tidak sedikit pula yang justru merasa kewalahan karenanya. Seperti munculnya rasa bersalah saat tidak bisa seproduktif yang ditampilkan, lalu berujung pada perasaan tertekan, perbandingan sosial, bahkan kecemasan produktivitas.

Konten bernarasi produktivitas.

Fenomena ini memperlihatkan wajah lain dari media sosial, bukan lagi sekadar ruang hiburan, melainkan ladang subur bagi munculnya standar-standar baru tentang hidup ideal. Narasi seperti toxic productivity dan hustle culture diam-diam bekerja di balik algoritma. Mahasiswa, sebagai salah satu kelompok konsumen utama, berada di garis depan dalam menghadapi paparan ini. Di satu sisi, mereka mencari inspirasi untuk mengelola waktu dan tugas. Namun di sisi lain, muncul tekanan untuk menyesuaikan diri dengan “template sukses” yang mereka tonton setiap hari.

Karena penelitian ini berfokus kepada audiens, kami memilih teori Individual Differences Perspective. Teori ini menyatakan bahwa sikap dan organisasi individu (psikologi individu) memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan menentukan bagaimana rangsangan lingkungannya berfungsi, serta bagaimana rangsangan tersebut memberikan makna atau respons (Defleur & Ball-Rokeach, 1988). Hal ini sesuai karena penelitian ini ingin melihat dari sudut pandang audiens apakah video pendek tentang produktivitas benar-benar memberikan motivasi yang bermanfaat atau justru menciptakan standar yang tidak realistis, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental audiens.

Selain itu, kami memilih teori efek media. Valkenburg (2019) Efek media adalah teori yang mencoba menjelaskan bagaimana media digunakan dan berdampak pada seseorang, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pesan media memengaruhi dan bagaimana orang mengonsumsi konten, terutama di platform media sosial.

Kerangka Konsep hasil olahan peneliti.

Metodologi Penelitian

Sebagai upaya menggali lebih dalam realitas terkait fenomena konten short-video tentang produktivitas ini, dilakukan studi kualitatif dengan menggunakan pendekatan kritis. Yang mengkaji bagaimana konten short-video bertema produktivitas mempengaruhi motivasi dan kecemasan mahasiswa, bukan hanya dari sisi permukaan, tapi juga melalui lensa struktur sosial dan algoritma yang melatarbelakanginya.

Penelitian ini dilakukan dengan strategi multiple case study, yang memungkinkan untuk memahami perbedaan karakteristik antar platform short-video dalam penyebaran konten produktivitas. Informan dipilih secara purposive yaitu mahasiswa usia 19–21 tahun, aktif di media sosial, serta rutin terpapar konten produktivitas dalam format short-video. Selama sekita dua minggu, data dikumpulkan melalui tiga metode utama, yaitu, studi diari harian yang mencatat pengalaman mereka dalam mengonsumsi konten tersebut, observasi terhadap interaksi informan dengan konten produktivitas yang ditonton, serta wawancara mendalam untuk menggali makna subjektif dari interaksi mereka dan bagaimana reaksi mereka ketika menonton konten short-video produktivitas. Untuk mengolah data kami menggunakan dua tools yakni Taguette dan WordArt, untuk kemudian kami lakukan interpretasi datanya berdasarkan tag apa saja yang muncul dari data yang diperoleh dari seluruh informan.

Lebih lanjut, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan tiga pendekatan. Pertama, triangulasi metode melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis diari. Kedua, triangulasi data yang mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, serta diari partisipan. Ketiga, triangulasi peneliti, di mana data telah diverifikasi oleh minimal tiga peneliti untuk menjamin validitas.

Penggunaan tiga pendekatan teknik triangulasi diharapkan memberikan pandangan yang utuh, bukan hanya tentang apa yang mereka tonton, tapi juga bagaimana perasaan mereka setelahnya, bagaimana mereka merespons, dan sejauh mana tekanan dari layar bisa mengintervensi kehidupan nyata para informan. Hasilnya membuka diskusi penting

Apakah konten yang tampak “sehat” ini benar-benar memberi motivasi, atau justru mengglorifikasi produktivitas yang memperkuat fenomena hustle culture?

Hasil Temuan

Di Mana Biasanya Mereka Menemui Konten Produktivitas? Adakah Perbedaannya?

Platform untuk menonton short-video kini semakin beragam, dan masing-masing menawarkan pengalaman yang berbeda. Beberapa platform populer seperti TikTok, Instagram Reels, YouTube Shorts, hingga Pinterest memiliki ciri khas tersendiri dalam menyajikan konten short-video. Berikut kami sajikan perbandingan beberapa media sosial yang umum digunakan untuk menonton short-video, lengkap dengan keunikan dari masing-masing platform.

Hasil temuan karakteristik masing-masing media sosial.

Dari perbandingan ini, terlihat bahwa setiap platform memiliki karakteristik unik dalam menyajikan konten short-video, baik dari sisi algoritma, suasana, hingga gaya penyampaian. Pemilihan platform oleh pengguna pun biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing individu. Temuan ini diperkuat oleh teori Uses and Gratifications (Katz, Blumler, & Gurevitch, 1974), yang menjelaskan bahwa audiens secara aktif memilih media yang sesuai dengan kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan akan pengembangan diri dan produktivitas. Perbedaan media ini juga sesuai dengan konsep Media Richness Theory (Daft & Lengel, 1986), yang menyatakan bahwa setiap media memiliki tingkat “kekayaan informasi” yang berbeda.

Efek Kecemasan Produktivitas yang Timbul

Di balik popularitas konten produktivitas, sebagian mahasiswa justru merasakan tekanan psikologis setelah terpapar konten tersebut. Sejumlah informan kami menyatakan bahwa konten seperti itu secara tidak langsung menciptakan standar produktivitas yang tinggi sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman, cemas, bahkan merasa tertinggal ketika menontonnya. Sebagian dari mereka pernah mengalami burnout karena merasa gagal memenuhi standar produktivitas yang tidak realistis. 

Seperti apa yang dialami oleh IU (21 tahun, Ilmu Komunikasi) menggambarkan pengalamannya.

“kadang aku suka ngebandingin sama diri aku”.

Wawancara, 28 april 2025

Ia merasakan dampak negatif emosional akibat konsumsi konten produktivitas, seperti insecuritydan kelelahan mental. Hal ini diperkuat oleh Teori Individual Differences Perspective (Defleur & Ball-Rokeach, 1988), yang menekankan bahwa respon individu terhadap media sangat tergantung pada karakteristik psikologis masing-masing.

Motivasi dan Inspirasi dari Konten Produktivitas

Di sisi lain, tidak sedikit mahasiswa yang mengakui bahwa konten short-video ini menjadi sumber inspirasi dan motivasi positif. Seperti yang diungkapkan NCF (21 tahun, jurusan Ilmu Ekonomi Islam)

sometimesngerasa tertinggal, tapi kayak itu jadi penggerak bagi diri gue gitu loh. Bukannya kayak ngerasa gue kurang tapi justru malah bikin balikin semangat

Wawancara, 22 april 2025

 Bagi NCF, konten seperti A Day in My Life yang sering ia temui di TikTok dan Instagramnya bermanfaat karena memberikan inspirasi kegiatan baru serta dorongan untuk lebih produktif dan terorganisasi.

Kondisi yang dialami oleh NCF sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wu di tahun 2017, di mana konten produktivitas yang ada di media sosial dapat memberikan efek positif bagi audiens berupa dorongan motivasi akademik. Fenomena ini juga diperkuat dengan Audience Theory (Fleur dan Rokeach, 1988), khususnya Individual Differences Perspective dengan menjelaskan bahwa setiap individu memiliki caranya sendiri dalam merespons dan memanfaatkan konten yang mereka konsumsi.

Bagaimana Mereka Menyikapinya?

Hasil coding menggunakan WordCloud berdasarkan kode dominan.

Meskipun memiliki potensi efek negatif, mahasiswa saat ini menunjukkan sikap Reflektifyang tinggi terhadap konten yang mereka konsumsi. ARP (21 tahun jurusan ilmu komunikasi) salah satu informan memberikan pandangannya terkait hal ini.

nonton tetap harus kritis, atau mikir secara logik, kalau itu cuma konten.

Wawancara, 7 mei 2025

Hal ini menunjukkan bahwa mereka sekarang tidak serta-merta menerima konten yang mereka lihat, melainkan menyaring terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan dan relevansi pribadi mereka. Kondisi seperti ini didukung oleh literatur sebelumnya yang menegaskan bahwa kemampuan literasi media menjadi semakin penting, membantu individu muda untuk lebih bijak dalam memilih dan merespons paparan media sosial (Livingstone, 2018). 

Sebagai tahap akhir dari siklus konsumsi konten, kami ingin mengetahui refleksi diri partisipan setelah menonton konten produktivitas selama seminggu menggunakan studi diari. Refleksi diri ini menjadi bagian yang sangat penting dalam penggunaan media sosial. Seperti refleksi AHF (mahasiswa, 20 tahun, Jurusan Ilmu Komunikasi).

Dibanding bikin gue nyerah atau mikir ‘gue nggak bakal bisa’, gue mikir yaudah lah, gue terima aja nih konten, jangan terlalu sedih atau apa, yaudah sekarang kerja keras aja, apa yang gue lakuin.

Wawancara, 7 mei 2025

Ia semakin sadar untuk harus mengambil kontrol atas pengaruh media sosial terhadap kesejahteraan mentalnya.

Sikap reflektif ini memperlihatkan bagaimana teori efek media bekerja secara nyata. Pengguna tidak hanya menerima pesan media secara pasif, tetapi juga secara aktif memproses dan menghubungkan pesan tersebut dengan realitas mereka (Potter, 2011). Refleksi diri ini membantu mahasiswa menghindari dampak negatif dan mengoptimalkan manfaat positif dari konten produktivitas.

Tiga Aspek yang Membuat Konten Produktivitas Lebih Disukai Mahasiswa

Kutipan wawancara dengan informan.

Dari hasil penelitian kami, terdapat tiga hal penting yang membuat konten produktivitas di media sosial disukai oleh banyak mahasiswa. Ketiga hal ini bukan hanya berperan penting dari sisi pengalaman pengguna, tetapi juga didukung oleh teori dan kajian akademik yang relevan.

  • Keterkaitan dengan kebutuhan pribadi (Relatability)

Konten yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi personal audiens cenderung lebih efektif dan menarik. Dalam konteks short-video, keterkaitan ini mencakup kesesuaian pesan dengan pengalaman sehari-hari, tantangan, dan aspirasi pengguna. Secara akademis, hal ini dapat dijelaskan melalui konsep audience receptiondalam Audience Theory, yang menegaskan bawa interpretasi pesan media sangat dipengaruhi oleh latar belakang psikologis dan sosial individu (Defleur & Ball-Rokeach, 1988).

Ketika konten produktivitas relevan dengan kebutuhan audiens, mereka tidak hanya mengkonsumsinya secara pasif, tetapi juga mengalami proses internalisasi yang bisa memotivasi perubahan perilaku atau mindset. Misalnya adalah kondisi pada salah satu informan, yaitu NCF (21 tahun, Ilmu Ekonomi Islam) yang bercerita bahwa saat ini ia sedang membutuhkan informasi terkait magang. Kemudian dengan adanya konten-konten ‘tips and trick dapet tempat magang’  yang lewat di Instagramnya, ia merasa sangat terhubung dan termotivasi untuk mengikuti saran yang ada dalam video.

  • Tone Bahasa yang Tepat

Bahasa dalam penyampaian pesan juga menjadi faktor penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian mahasiswa. Tone yang digunakan dalam konten produktivitas yang disukai biasanya bersifat ringan, santai, empatik, dan penuh perhatian sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan akrab bagi pengguna. Menurut mereka, bahasa yang efektif membantu mereka merasa lebih dekat dan termotivasi adalah menggunakan narasi yang positif dan tidak berusaha memaksakan mereka untuk produktif. 

Bahasa yang empatik dan penuh pengertian seperti

you’re doing good

memberikan kepastian emosional, yang membuat audiens merasa tenang dan percaya diri menjalani aktivitas mereka. Bahasa yang empatik ini penting untuk menghindari kesan menghakimi atau membebani, sehingga audiens merasa didukung tanpa tekanan.

Salah satu informan, IU (21 tahun, Ilmu Komunikasi) juga menjelaskan bahwa ia lebih tertarik saat konten tersebut menyisipkan cerita kegagalan atau kesulitan dari kreator. Hal itu justru membuat ia merasa lebih terhubung dan tidak sendiri dalam menghadapi tantangan. Informan IU mengaku bahwa cerita-cerita tersebut membuat konten terasa lebih manusiawi dan jujur, sehingga audiens tidak hanya melihat sisi suksesnya saja, tetapi juga proses dan perjuangan yang realistis. Hal ini membantu kita lebih percaya dan termotivasi karena tahu bahwa kegagalan itu bagian dari perjalanan menuju keberhasilan.

  • Cara Penyampaian Pesan yang Kreatif dan Menarik

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, kami mendapatkan bahwa pendekatan yang kreatif memegang peranan krusial. Contohnya seperti penggunaan elemen visual yang menarik, pengambilan gambar yang aesthetically pleasingdan menenangkan, hingga penyisipan humor atau meme, dapat meningkatkan minat dan keterlibatan penonton. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa konten yang dikemas secara menarik mampu meningkatkan mood positif dan motivasi, sekaligus mengurangi kejenuhan saat mengonsumsi informasi yang bersifat edukatif atau motivasional (Gao et al., 2023)

Jadi, Apa Kesimpulannya?

Hasil temuan menarik kami menunjukkan bahwa konten produktivitas di media sosial yang disukai oleh mahasiswa sangat dipengaruhi oleh keterkaitan konten dengan kebutuhan pribadi, bahasa yang digunakan, dan cara penyampaiannya.

Dari sisi praktis, pemahaman mendalam terhadap aspek-aspek ini dapat menjadi pedoman bagi pembuat konten dan platform media sosial untuk menciptakan narasi produktivitas yang lebih seimbang, inspiratif, dan berkelanjutan. Pendekatan yang efektif tidak hanya mendukung keterlibatan audiens secara emosional dan kognitif, tetapi juga membantu mengurangi risiko dampak negatif seperti kecemasan yang mungkin muncul akibat konsumsi media yang berlebihan.

Dalam ranah akademis, penelitian kami juga memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana media sosial dapat mempengaruhi psikologis audiens, serta mempengaruhi kebiasaan mahasiswa meskipun tidak signifikan. Selain itu, juga membantu menambahkan input akademis mengenai pemahaman konten video pendek bertemakan produktivitas serta pengaruhnya terhadap mahasiswa, termasuk respons pesan yang disampaikan, baik itu dengan narasi yang lebih rentan menimbulkan kecemasan atau motivasi, sesuai dengan Audience Theory (Individual Differences Perspective)dan Media Effect Theory.

Akses infografis kami melalui tautan di bawah ini!


Daftar Pustaka

Assariy, M. Z., Hersari, N. I., Sitorus, N. A., Arifin, S., & Faisal, F. (2024). Literature review: The Influence of Hustle Culture on Mental Health. AIP Conference Proceedings, 3067, 020024. https://doi.org/10.1063/5.0201952

Perić, Novela. (2024). Hustle culture and mental health. ORCID: 0009-0008-8967-1770

Langlais, M., Thaler, A., & West, E. (2024). TikTok Too Much? A Qualitative Investigation of Adolescent TikTok Use, Motivation, and Consequences. Youth & Society, 1(22).

Feltner, Madeline E., “Toxic Positivity and Perceptions of Mental Health” (2023). Senior Theses. 607.

Gao, Y., Liu, F., & Gao, L. (2023). Echo chamber effects on short-video platforms. Scientific Reports, 13(1). https://doi.org/10.1038/s41598-023-33370-1

Hermann, E., Morgan, M., & Shanahan, J. (2023). Cultivation and social media: A meta-analysis. New Media & Society, 25(9), 2492–2511. https://doi.org/10.1177/14614448231180257

Zhang, N., Hazarika, B., Chen, K., & Shi, Y. (2023). A cross-national study on the excessive use of short-video applications among college students. Computers in Human Behavior, 145, 107752. https://doi.org/10.1016/j.chb.2023.107752

Zhu Z, Liu S, Zhang R Examining the Persuasive Effects of Health Communication in short-videos: Systematic Review J Med Internet Res 2023;25:e48508 URL: https://www.jmir.org/2023/1/e48508 DOI: 10.2196/48508

Most downloaded apps worldwide 2024 | statista. (n.d.-a). https://www.statista.com/statistics/1285960/top-downloaded-mobile-apps-worldwide/

Lecompte-Van Poucke, M. (2022). ‘you got this!’: A critical discourse analysis of toxic positivity as a discursive construct on Facebook. Applied Corpus Linguistics, 2(1), 100015. https://doi.org/10.1016/j.acorp.2022.100015

Valkenburg, P.M. & Oliver, M. B. (2019). Media effects: An overview. In J. Bryant, A. Raney, & M. B. Oliver. Media effects: Advances in Theory and Research, 4th edition (pp. 16-35) New York: Routledge.

Barrow, J. M., Brannan, G. D., & Khandhar, P. B. (2017). Research ethics.

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Sage publications.

Kuss, D. J., & Griffiths, M. D. (2017). Social Networking Sites and Addiction: Ten Lessons Learned. International Journal of Environmental Resarch and Public Health, 14(3), 311.

Wu, J. (2017). Why is music social short-video software popular? Taking the douyin app as an example. New Media Research, 3(18), 88-89.

Christine Milligan, & Ruth Bartlett. (2015). What is diary method? Bloomsbury Publishing.

Neuman, W. L. (2013). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Pearson.

Daymon, C., & Holloway, I. (2011). Qualitative research methods in public relations and marketing communications (2nd ed.). Routledge.

Potter, W. J. (2011). Conceptualizing mass media effect. Journal of Communication, 61(5), 896- 915. doi:10.1111/j.1460-2466.2011.01586.x

Hancock, B. (2002). An introduction to qualitative research. Trent Focus Group, Division of General Practice, University of Nottingham.

Defleur, M. L., & Ball-Rokeach, S. J. (1988). Theories of Mass Communication. New York: Logman.

Daft, R.L. and Lengel, R.H. (1986) Organizational Information Requirements, Media Richness and Structural Design. Management Science, 32, 554-571.

Katz, E., Blumler, J. G., & Gurevitch, M. (1974). Utilization of Mass Communication by the Individual. In J. G. Blumler, & E. Katz (Eds.), The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratifications Research (pp. 19-31). Beverly Hills: Sage Publications.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *