BOGOR, 6 Juni 2025 — Di tengah deretan hewan kurban yang berjajar rapi menanti, ada seekor domba yang tampak biasa saja. Tapi pemiliknya tidak. Domba itu dibeli dari hasil menabung seorang remaja perempuan, Nurul Khatimah Hariyanto, 18 tahun. Bukan orang dewasa dengan penghasilan tetap dan bukan pula pejabat atau tokoh masyarakat. Nurul membeli domba itu sendiri dari uang jajan yang ia kumpulkan sejak duduk di bangku SMK.
Nurul baru saja diterima di Program Studi Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK) 2025. Latar belakang pendidikannya ini sempat membuatnya ragu, bahkan pesimis menghadapi seleksi UTBK. “Aku dari SMK, kan. Jadi mikir gitu, kayak enggakmungkin lulusan SMK bisa keterima UTBK,” ujarnya.


Lokasi penjualan hewan kurban di Bogor. Domba-domba putih dan hitam tertata rapi, dipisahkan oleh potongan bambu.

Seekor domba putih yang dipilih oleh Nurul dan siap untuk dikurbankan.
Namun, keraguan itu kini terbayar lunas. Ia berhasil lulus ke perguruan tinggi yang ia pilih dengan jurusan yang disukai. Di tengah kegembiraannya menyambut pengumuman kelulusan, Nurul memutuskan menunaikan satu niat yang sudah ia simpan sejak lama yaitu berkurban dengan uang hasil tabungan sendiri.

Proses pemotongan daging yang dibantu oleh para panitia kurban.
Sejak masih duduk di bangku SMK, Nurul terbiasa menyisihkan sebagian uang jajannya setiap hari. Jumlahnya tidak besar, sekitar lima ribu rupiah atau bahkan kurang. Ia tidak pernah menetapkan target jumlah tertentu. Awalnya, tabungan itu ia kumpulkan untuk keperluan mendesak. Namun, setelah mengikuti UTBK dan menjelang pengumuman, niat itu berubah. Ia berjanji dalam hati, jika diterima, ia akan membeli hewan kurban dari uang tersebut.

Nurul sedang menyaksikan langsung pemotongan dan perhitungan daging yang ia kurbankan.
Tahun ini, orang tua Nurul juga ikut berkurban. Meski demikian, Nurul tetap bersikeras untuk melakukannya secara mandiri. Teddy Hariyanto selaku ayah Nurul menyampaikan bahwa dirinya tidak menyangka anak pertamanya tersebut benar-benar akan berkurban. Teddy sangat bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh Nurul. Mereka begitu bersyukur karena Nurul berhasil lulus UTBK dan lebih bangga lagi karena Nurul dengan tulus mau berkurban.
Pesan Nurul untuk orang-orang yang masih ragu atau tidak yakin untuk berkurban.
Tak banyak remaja seusia Nurul yang memilih cara ini untuk merayakan pencapaian seperti ini. Usia di mana kebanyakan remaja mungkin akan memilih merayakan kelulusan dengan hal-hal yang bersifat konsumtif atau hiburan semata. Baginya, berkurban bukan sekadar wujud nazar atau janji pribadi, melainkan bentuk syukur atas kelulusan, penyucian rezeki, dan simbol kemandirian yang selama ini ia upayakan secara perlahan, sedikit demi sedikit, dari saku sendiri.
Panitia kurban, Deden Nurodin berharap hal ini bisa menginspirasi bukan hanya seusia Nurul tapi juga orang banyak. Menurut Deden, semangat berkurban bukan ditentukan oleh besar kecilnya uang, tetapi oleh niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh. “Walaupun cuma dengan uang lima ribu, seseorang tetap bisa ikut berkurban,” lanjutnya.



