Journalight

UI Journalism Studies

Film Opinion

Kekuatan Mengerikan Seorang Jenderal Militer: Ulasan Film Autobiography (2023)

oleh S. Rahmadhani

(Sumber foto: CNN Indonesia)

Autobiography (2023) adalah debut film panjang Makbul Mubarak yang dikenal publik
melalui film pendek Ruah (2017). Cerita pada film ini berfokus pada hubungan antara Rakib,
seorang pemuda penjaga rumah jenderal yang jarang disinggahi, dengan Purna yang saat
itu kembali menempati rumah tersebut karena ingin mencalonkan diri sebagai Bupati.
Purna merupakan orang yang sangat disegani oleh masyarakat desa. Rakib yang selalu
mendampinginya pun juga terkena imbasnya. Ia turut disegani oleh banyak orang walaupun
hanya sebagai asisten pribadi Purna.

Suatu hari, Purna melihat spanduk pilkadanya telah dirusak. Kemudian, Rakib diminta untuk
mencari pelaku dari perusakan spanduk tersebut. Setelah Rakib berhasil membawa pelaku
ke rumah, ia kaget dengan apa yang ternyata dilakukan Purna terhadap orang tersebut.
Sejak saat itu, Rakib akhirnya berusaha untuk lepas dari naungan Purna. Meskipun turut
mencicipi superioritas tersebut, Rakib tak mengira demi melanggengkan kekuasaannya
Purna rela melakukan hal yang tidak ia duga sebelumnya.

Tempo penceritaan pada film ini disajikan dengan lambat, tetapi tidak serta merta
menjadikan film ini sebagai tontonan yang membosankan. Pembabakan antara pengenalan
tokoh, konflik, dan resolusi terbagi secara jelas dan matang. Makbul Mubarak berhasil
menghadirkan nuansa mengerikan sejak awal kemunculan Purna sebagai seseorang
dengan kuasa yang sangat besar pada desa tersebut.

Film ini disertai dengan scoring musik yang tepat, sehingga efek kengerian dari kuasa Purna
dan Rakib semakin terasa. Hal menarik lainnya dalam film ini adalah penggunaan catur
sebagai suatu metafora terkait kehidupan politik yang penuh taktik strategis nan licik.

Meskipun begitu, film ini juga tidak terlepas dari beberapa kekurangan. Beberapa kali
sempat ditemukan transisi antar adegan yang masih kurang halus sehingga cukup
mengganggu pengalaman menonton khalayak.

Selain itu, terdapat ambiguitas latar waktu yang digunakan dalam film ini. Apabila melihat
ketakutan akan militer yang disajikan, film ini bisa jadi mengambil latar pada tahun 80-an.
Namun, penggunaan teknologi dan cara berpakaian pada film ini seolah-olah
memperlihatkan bahwa mereka berada pada masa sekarang.

Secara keseluruhan, Autobiography telah berhasil menjadi film suspense slow burn yang
menarik untuk ditonton. Sesuai dengan tagline-nya, #SeramTanpaSetan, duet akting Kevin
Ardilova dan Arswendy Bening Swara berhasil menunjukkan kengerian orang dengan kuasa
besar yang manipulatif. Sesuatu yang lebih menyeramkan dari setan itu sendiri.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *