Journalight

UI Journalism Studies

Data Journalism

We The Fest: Harga Semakin Tinggi, Pengalaman Seberapa Berarti?

Tampak panggung dari We The Fest beserta dengan penonton. Terdapat kembang api di atas panggung.
Sumber: NOW! Jakarta

Tahukah kamu? 8 dari 10 orang di Indonesia ternyata suka banget nonton festival musik dibandingkan nonton konser ataupun gigs (Jakpat, 2024). Festival musik hadir sebagai cara bagi khalayak untuk memenuhi kebutuhan hiburan mereka. Oleh karena itu, festival musik kini berlomba-lomba untuk menjadi lebih dari sekadar acara musik tahunan, tetapi menjadi sebuah perayaan yang menggabungkan berbagai macam pengalaman. Salah satunya, We The Fest (WTF), yang diprakarsai oleh Ismaya Live. Acara ini menawarkan berbagai keriaan, mulai dari pertunjukkan musik lokal dan internasional, ragam kuliner, hingga booth interaktif. Dengan fasilitas dan layanan yang berubah dari tahun ke tahun, harga yang ditawarkan pun semakin meningkat. Lantas, apakah peningkatan harga ini sebanding dengan pengalaman yang didapatkan oleh pengunjungnya?

Siapa yang lebih baik untuk ditanyakan tentang pengalaman di We The Fest daripada mereka yang pernah datang ke festival musik satu ini? Kami berbincang dengan beberapa pengunjung WTF, yaitu A (23 tahun) yang menjadi pengunjung rutin sejak tahun 2016 serta K (24 tahun) dan AL (24 tahun) yang ikut dalam kemeriahan WTF 2024. Berikut adalah pengalaman mereka di festival asal Indonesia yang digadang-gadang sebagai festival musik terbesar di Asia Tenggara.

Segi Penampil

“Gue dateng mostly karena performersnya, gue suka banget yang didatengin mereka. Apalagi kan banyak artis luar, kapan lagi nonton mereka? Waktu itu soalnya jarang banget ada yang bikin festival mengundang artis luar.  Siapa yang kepikiran ngundang Charli XCX dan Dua Lipa? Di festival lagi bukan konser solo,”

– Narasumber A ketika ditanyakan terkait alasan menghadiri We The Fest sejak tahun 2014

Festival yang pertama kali diadakan pada tahun 2014 ini dikenal sebagai salah satu festival di dekade ini yang mempelopori deretanpenampil internasional dalam festival lokal Indonesia. Nama-nama besar dalam tangga musik dunia, seperti Daniel Caesar, Sabrina Carpenter, Ellie Goulding, hingga SZA, pernah menginjakkan kaki mereka dalam panggung We The Fest.

Namun, tak hanya musisi luar negeri saja, We The Fest menjadi panggung yang menunjukkan bakat dalam negeri. Hindia, The Adams, dan Dipha Barus menjadi nama-nama penampil tanah air yang rutin tampil di festival ini. Uniknya, We The Fest membuka panggung mereka pula untuk musisi pendatang baru melalui salah satu rangkaian acara mereka, yaitu Submit Your Music. Reality Club, salah satu band terkemuka di Indonesia saat ini, juga merupakan salah satu band terobosan dari panggung ini.

“Menurut gue, lineupnya lebih pop dan mainstream. Kalau festival lainnya, mungkin ada yang lebih niche, indie, atau centil, tapi WTF nyarinya yang tren, pop, dan mainstream, lebih menarik massa,”

– Narasumber AL terkait ciri khas We The Fest

Pernyataan ini ternyata didukung pula dengan jumlah penampil bergenre pop yang mendominasi deretan penampilWTF sejak tahun 2014 hingga 2024. Genre penampil lainnya yang juga secara jumlah menonjol adalah penampil dari genre electronic/dance, alternative, dan hip-hop/rap.

Segi Aksesibilitas

Aksesibilitas dalam sebuah festival musik bisa hadir dalam berbagai bentuk, misalnya aksesibilitas secara harga, fasilitas, dan sebagainya. Pertama-tama, secara harga tiket telah dipaparkan sebelumnya bahwa terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Bagaimana pendapat para narasumber terkait aksesibilitas harga We The Fest ini?

“Sebenernya accessible secara platform-nya. Cuman yang bikin gak accessible-nya justru harganya. Hampir nyentuh 2 juta harganya. Karena harga di web ini mahal, akhirnya beli dari orang langsung yang WTS (Want To Sell) karena harganya lebih murah dan gak ribet. Mahal banget di dalem. Bayar harus pake token. 1 token [bernilai] 40 ribu. Tahun lalu, 45 ribu. Makan bisa 2 token sendiri. Mie goreng aja 1.5 token. Air bisa 1 token. Parkirnya juga mahal. Ya, harganya gak bisa dibilang friendly, lah,”

– Narasumber A terkait aksesibillitas tiket dan harga secara umum

“Semua yang di WTF mahal, tiketnya mahal, di dalem juga mahal-mahal. Pengeluarannya akan lebih dari sekedar beli tiket,”

– Narasumber K terkait aksesibilitas harga

Para narasumber mengungkapkan pandangan mereka terkait tidak hanya harga tiket, tetapi juga terkait harga makanan dan minuman yang tersedia di dalam venue. Layaknya festival ataupun acara musik pada umumnya, penonton tidak diperbolehkan untuk membawa makanan ataupun minuman dari luar. Namun, We The Fest memberlakukan sistem token untuk pembelian FnB dalam acaranya. 

Selain aksesibilitas secara harga, narasumber juga memiliki pandangannya tersendiri terkait aksesibilitas lokasi dari diadakannya festival ini dan fasilitas yang tersedia. Sejak tahun pertamanya, We The Fest pernah diadakan di tiga lokasi berbeda, yaitu Parkir Timur Senayan, JIEXPO Kemayoran, dan GBK Sport Complex Senayan.

“Menurut gue JIEXPO lebih enak karena akses parkir dan pintu masuknya gak ribet. Pintunya kan dibedain berdasarkan jenis tiketnya. Kalo di JIEXPO pintunya gak jauh jadi masih bisa ketemuan di satu tempat.  Tapi, kalo di Senayan, GBK dan tiketnya beda, VIP sama biasa, jadinya jauh-jauhan, harus muter lagi untuk bisa ketemuan. Susah ketemuannya ditambah lagi karena sinyalnya susah. Wifi gak ada. Kurang nyamannya di sinyal sama parkir, sih,”

– Narasumber A terkait aksesibilitas fasilitas We The Fest 

“Gue pribadi kurang suka venue di GBK karena untuk yang menggunakan transportasi umum terbilang sulit. Di GBK kalau pulang susah, ga bisa ke halte TJ harus naik ojek online, pintu GBK banyak yang tutup. Jadi bingung, berangkat sama pulang beda rute karena banyak gerbang yang ditutup,”

– Narasumber AL terkait aksesibilitas lokasi We The Fest

“Lebih suka yang di Kemayoran karena ada MRT yang bisa gue akses, masih ada transportasi umum. Ga enaknya kalau pake transportasi pribadi, susah parkirnya, waktu itu parkir di Plaza Senayan dan jauh banget jalannya. Tapi, at least kalau naik ojek online gak mahal-mahal banget kalau dari Senayan,”

– Narasumber K terkait aksesibilitas lokasi We The Fest

Aksesibilitas justru menjadi penting sejak sebelum dilaksanakannya acara. Khalayak mempertimbangkan berbagai faktor untuk mendatangi sebuah acara musik. Selain aspek lineup, ternyata harga, lokasi, akses ke lokasi, tempat makanan, dan semacamnya justru menjadi faktor penting yang kerap terlupakan.

Segi Pengalaman Non-Musik

Selain bersenang-senang dengan menonton berbagai penampilan, festival musik kini juga berupaya menarik perhatian khalayak dengan berbagai pengalaman yang ditawarkannya. Bagi We The Fest sendiri, ia dikenal sebagai festival yang secara cermat berkolaborasi dengan beragam brand untuk tak hanya mendukung acara secara finansial, tetapi juga secara pengalaman. Hal ini terlihat melalui area brand activation. Ketika menunggu penampil selanjutnya, penonton dapat mengeksplor area venuedan mendapatkan berbagai layanan seru dan menguntungkan, seperti tempat mengepang rambut, mendapatkan produk gratis, dan aktivitas lainnnya. Selain area interaktif, festival musik, sebagai salah satu bentuk dari seni pertunjukkan juga menggandeng bidang seni lainnya, yaitu seni rupa dalam bentuk dekorasi.

“Booth activation-nya gak main-main, sih, seru. Sebagai penopang aja tapi ini, jadi makin seneng, dan menunjang experience bagi yang dateng,”

– Narasumber A terkait pengalaman non-musik di We The Fest

“Kurang dihias, kurang dekorasi. Biasa aja, panggung nya juga biasa aja. Jadi enggak nangkep temanya WTF apa,”

– Narasumber K terkait pengalaman non-musik di We The Fest 2024

“Tahun 2024 gak dapet freebies. Enggak liat ada booth-booth sponsor. Adanya makanan, dan cuman dikit,”

– Narasumber AL terkait pengalaman non-musik di We The Fest 2024

Terdapat perbedaan dari cerita narasumber. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan tawaran pengalaman dari masa-masa awal WTF hingga penyelenggaraannya yang terkini. Narasumber A mengungkapkan pengalaman non-musik di WTF dari perspektifnya sebagai pengunjung “setia” sejak tahun 2016. Sedangkan, narasumber K dan AL mengungkapkan perspektif mereka sebagai pengunjung We The Fest di tahun 2024 ini.

Jadi, bagaimana dinamika keseluruhan dari We The Fest dan bagaimana mereka dapat berkembang kedepannya?

Dengan harga tiket yang terus meningkat dari tahun ke tahun, We The Fest memikul tanggung jawab besar untuk memberikan pengalaman yang sepadan bagi para penontonnya. Performer-wise, We The Fest berhasil menarik perhatian melalui penampil internasional yang mengisi lineupmereka. Namun, kehadiran nama-nama besar saja tidak cukup untuk memastikan keberlanjutan minat khalayak, terutama di tengah persaingan festival musik yang semakin ketat. Kurasi penampil menjadi aspek krusial untuk memperkuat identitas khas We The Fest. Jika We The Fest tetap konsisten untuk mempertahankan branding festivalnya sebagai festival lokal yang mengundang deretan musisi top internasional, maka mereka harus konsisten pula dalam membawakan lineup dan setlist yang tak bisa didapatkan di festival-festival lokal lainnya.

Selain itu, aksesibilitas tidak boleh diabaikan. Penonton mempertimbangkan pembelian tiket berdasarkan harga, lineup, serta faktor lainnya. Jika harga tiket terlalu tinggi dan sulit dijangkau, meyakinkan khalayak untuk menghargai elemen lain dari festival akan menjadi tantangan besar. Pengalaman non-musik yang ditawarkan juga harus terus ditingkatkan. Brand activation, salah satu kekuatan utama We The Fest, perlu dipertahankan dan dikembangkan lebih jauh dalam penyelenggaraan mendatang untuk memberikan nilai tambah yang signifikan.

Menyuguhkan pengalaman yang melampaui sekadar menonton musik kini menjadi tuntutan bagi festival musik modern. Penonton mengharapkan nilai yang sepadan dari segi harga, pengalaman musik dan non-musik, hingga kemudahan aksesibilitas. Ke depan, gebrakan apa yang akan dihadirkan We The Fest untuk memenuhi ekspektasi ini?

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu tertarik untuk mencoba sendiri pengalaman di We The Fest tahun depan?

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *